Banjir aplikasi membuat lambat. Aplikasi sebagai kata benda mengandung arti program computer yang di desain untuk menangani tugas tertentu menurut Cambridge.org.
Berapa Banyak Aplikasi Anda?
Berapa banyakkah aplikasi di HP Anda? 20, 30 atau bahkan lebih. Di sisi lain kemampuan HP itu terbatas. RAM HP mungkin sekarang ini terbesar di angka 16 GB dengan ROM sekitar 256 GB. Dengan kemampuan yang terbatas berapa banyak aplikasi yang bisa dipasang di HP?
Kalau melihat tren sekarang ini, hampir semua layanan publik memiliki aplikasinya masing-masing. Belum lagi dengan games atau media sosial, aplikasi perbankan dan lainnya. Solusi yang paling mudah adalah dengan pasang copot.
Kemungkinan lain adalah suatu ketika akan muncul sebuah aplikasi yang bisa menjadi super app atau sebagai agregator sehingga kita hanya perlu menggunakan sedikit aplikasi untuk memperoleh layanan. Bibitnya sudah mulai muncul seperti Gojek, Grab atau Shopee, walau belum bisa memenuhi semua kebutuhan karena persaingan.
Persaingan
Persaingan bisnis tentunya, sangat sulit untuk bisa memperbolehkan penggunaan dompet digital Gopay di aplikasi Grab atau Shopee. Begitu juga sebaliknya membiarkan Ovo digunakan di Gojek misalnya, sangat kecil kemungkinannya. Walau di Tokopedia Ovo tetap bisa digunakan, karena kerja sama yang sudah berjalan.
Di sisi lain sebaiknya entitas layanan publik juga tidak mempersulit pelanggan untuk bisa mengakses layanannya. Dengan dengan memberikan pilihan akses tanpa aplikasi, melalui situs misalnya.
Persaingan di Birokrasi
Ternyata persaingan antar aplikasi bukan hanya terjadi karena bisnis namun juga bisa dikarenakan oleh adanya ego antar entitas terutama di pemerintahan. Masing-masing kementerian atau badan atau pemerintah daerah membuat aplikasi sendiri-sendiri tanpa koordinasi. Aplikasi yang seharusnya memudahkan hidup manusia malah terbalik menjadi menyusahkan.
Bayangkan ketika kita ingin mengetik di komputer dan tidak tersedia aplikasi word. Mungkin kita harus paham bahasa pemrograman komputer jika ingin membuat tulisan seperti yang sedang dibuat oleh penulis. Itulah tujuan aplikasi yang sebenarnya, memudahkan.
Akibat ego dan juga pengembangan aplikasi yang tidak dikoordinasi. Indonesia sempat mengalami kesulitan untuk mengumpulkan data COVID 19, akibat aplikasi kesehatan yang tidak kompatibel satu sama lain. Petugas kesehatan harus berulang kali memasukkan data yang sama berkali-kali agar bisa melaporkan kasus baru misalnya.
400 Aplikasi Kesehatan
Membaca artikel Harian Kompas 23 Mei 2022 berjudul “ Mengintegrasikan Aplikasi Layanan Kesehatan” penulis baru sadar bahwa di Indonesia sedikitnya ada 400 aplikasi kesehatan yang dikembangkan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Belum termasuk aplikasi kesehatan yang dikembangkan oleh swasta.
400 aplikasi yang dikembangkan masing-masing dan belum tentu pula menggunakan bahasa pemrograman yang sama. Belum lagi kode data yang kemungkinan juga akan berbeda. Terbayang bagaimana sulitnya untuk bisa mengumpulkan data yang akurat.
ERP
Di swasta telah lama digunakan aplikasi yang meningkatkan efisiensi dan mengintegrasikan data, biasa disebut aplikasi Enterprise Resource Planning (ERP). Sebuah aplikasi yang digunakan perusahaan untuk mengelola dan mengintegrasikan bagian penting dari bisnis mereka seperti keuangan, pembelian, penjualan, manajemen SDM dan lainnya (Investopedia.com)
Ketika data penjualan dimasukkan ke dalam aplikasi misalnya, maka bagian keuangan tinggal melakukan pengecekan untuk membuat tagihan, bagian gudang menggunakan data tersebut untuk merencanakan pengiriman, produksi akan menggunakan data yang sama untuk merencanakan produksi barang yang laku tersebut dan seterusnya. Tak perlu ada pengulangan memasukkan data penjualan yang sama untuk pengguna yang berbeda departemen.
Ini yang dicoba dilakukan oleh Kementerian Kesehatan, menciptakan sebuah platform yang bisa menyatukan semua data yang dihasilkan oleh 400 plus aplikasi kesehatan di Indonesia. Platform yang dinamakan Indonesia Health Service (IHS).
Kode Data Standar
Kode data akan distandarkan sehingga semua data tinggal dikumpulkan, tanpa perlu memasukkan ulang. Sehingga diharapkan data kesehatan di Indonesia bisa terintegrasi. Kode data akan menggunakan standar HL 7 FHIR yang sudah digunakan banyak negara dan WHO.
Jika ini berhasil, mungkin bisa dijadikan proyek percontohan bagi pengelolaan data di Indonesia. Aplikasi terutama yang dibuat oleh birokrat bisa terkoordinasi sehingga data tentang Indonesia bisa terintegrasi agar informasi yang didapat dari data tersebut bisa lebih akurat. Dengan tujuan akhir membantu pemangku kekuasaan untuk membuat keputusan yang berkualitas untuk kemajuan Indonesia.
Seperti air, dalam jumlah yang tepat adalah zat yang sangat dibutuhkan manusia untuk hidup, namun jika berlebih bisa menjadi banjir yang mematikan. Begitu juga aplikasi, jumlah yang tepat bisa memudahkan hidup manusia namun jika terlalu banyak (banjir aplikasi) membuat lambat