Deteksi Covid menggunakan anjing

Mengapa Tak Meminta Bantuan Anjing?

Kemampuan tes Covid-19 di Indonesia masih belum mencukupi. Mengapa tak meminta bantuan anjing? Baca juga: Jangan Memaksakan Menggunakan Rotan

Anjing terkenal dengan kemampuan penciumannya yang luar biasa. Aparat keamanan telah lama memanfaatkan kemampuan penciuman ini untuk berbagai hal. Mencegah penyelundupan senjata atau narkoba atau melacak jejak kriminal misalnya. Anjing dilatih untuk dapat mencium bahan peledak atau narkoba.

Tetapi kemampuan penciuman anjing bukan hanya terbatas itu. Anjing ternyata juga bisa membantu manusia untuk mencium jejak penyakit. Kadar gula darah atau kanker bisa dideteksi oleh anjing.

Bagi penderita diabetes bahaya yang dihadapi bukan hanya ketika kadar gula darah naik namun juga ketika kadar gula darah turun drastis (bisa disebabkan oleh obat pengontrol gula darah).

Ketika gula darah turun maka ada risiko pingsan atau bahkan sampai koma jika tidak segera ditangani. Anjing yang sudah dilatih bisa memperingatkan tuannya jika terjadi penurunan gula darah sehingga bisa langsung makan permen misalnya untuk meningkatkan gula darah.

Bandara Helsinki

Di suatu pojok Bandara Helsinki, Kossi seekor anjing bekerja dalam diam dengan upah hanya berupa makanan. Kossi bekerja mendeteksi orang yang positif Covid-19. Waktu yang dibutuhkan Kossi hanya beberapa detik saja untuk menentukan apakah seseorang positif Covid-19 atau tidak.

Kossi melakukan deteksi Covid-19 dengan cara mencium kain yang telah diusap ke pergelangan tangan atau leher seseorang. Canggihnya, Kossi bisa mendeteksi apakah orang terinfeksi atau tidak, sampai dengan kurang lebih 5 hari sebelum gejala muncul.

Kossi dilatih untuk mendeteksi Covid-19 oleh peneliti hewan Anna Hielm Bjorkman dari University of Helsinki. Menurut Anna tingkat akurasi deteksi menggunakan anjing hampir mendekati 100 persen.

Kossi yang memang seekor anjing pendeteksi penyakit (salah satunya kanker) hanya membutuhkan 7 menit untuk bisa mulai mendeteksi Covid-19 menurut Anna.

Sekarang ini kesulitan yang dihadapi adalah mendapatkan pendanaan untuk meneruskan penelitian dan melakukan percobaan. Pemerintah Finlandia belum memberikan sinyal positif untuk dapat membantu pendanaan penelitian atau minat untuk menggunakan anjing sebagai salah satu alat tes.

DW.com

Jerman

Kejadian yang sama juga dialami peneliti Jerman, Professor Holger Volk dari University of Veterinary Medicine Hanover. Pemerintah Jerman kurang mendukung penggunaan anjing sebagai sarana deteksi Covid-19.

Prof Holger setuju dengan pendapat koleganya di Finlandia, Anna bahwa hal yang menyebabkan kurangnya dukungan pemerintah adalah persepsi dokter yang ragu terhadap kemampuan anjing untuk mendeteksi Covid-19. Persepsi yang hanya bisa dibuktikan kebenarannya dengan melakukan percobaan dan penelitian.

Mengapa tak meminta bantuan anjing?

Anjing yang terlatih hanya membutuhkan beberapa detik untuk dapat mendeteksi Covid-19 dan sejauh ini para peneliti yakin bahwa hasilnya cukup akurat dan bahkan mendekati 100 persen.

Bayangkan jika sebuah pabrik menggunakan anjing untuk mencegah penularan, maka mungkin hanya dibutuhkan satu sampai dua ekor anjing untuk dapat mendeteksi karyawan yang positif Covid-19 di pabrik yang memiliki 1.000 karyawan. Sambil absen mereka bisa didekati anjing untuk tahu apakah positif atau tidak? Dengan biaya yang saya pikir akan jauh lebih rendah dibandingkan tes PCR.

Karyawan akan bisa bekerja dengan tenang tanpa khawatir penularan terjadi.

Tempat keramaian lain seperti bandara, stasiun kereta, terminal bis atau bahkan sekolah juga bisa dibuka kembali, dengan catatan setiap hari murid dan guru di tes menggunakan anjing pendeteksi.

Kemungkinannya sangat banyak!

Indonesia juga seharusnya mulai memikirkan penggunaan ide-ide di luar ide ahli yang cenderung bagai kaset rusak (pengulangan hal yang sama) untuk mengatasi pandemi Covid-19. Salah satunya adalah meminta bantuan anjing untuk mendeteksi selain mencoba menggunakan tes antigen secara masif.

Referensi: DW.com

Salam

Hanya Sekadar Berbagi

Ronald Wan

Share jika Bermanfaat

Author: Ronald Wan

@Pseudonym | Love To Read | Try To Write | Observant | email : [email protected]