covid-19

Vaksin Covid-19 Dilihat dari Kacamata Ekonomi

Sekitar 4,7 juta orang terinfeksi SARS Cov-2 (virus penyebab penyakit Covid-19) di dunia. Ada sekitar 1,8 juta orang yang telah sembuh dan sekitar 312 ribu orang yang tewas akibat virus ini per tanggal 17 Mei 2020. Bagaimanakah melihat vaksin Covid-19 dari kacamata ekonomi?

Dari kacamata ekonomi, teori paling cocok untuk melihat vaksin Covid-19 adalah teori penyediaan dan permintaan (Supply and Demand)

Secara sederhana teori ini mengatakan bahwa jika tidak terdapat keseimbangan dari penyediaan dan permintaan barang maka harga akan bergerak (bisa turun atau naik). Ketika penyediaan barang kurang dibandingkan permintaan, harga akan bergerak naik dan terjadi kelangkaan di pasar. Atau sebaliknya jika permintaan kecil dan penyediaan barang jauh lebih banyak harga akan turun.

Kebutuhan

Penyebaran Covid-19 baru akan bisa selesai jika imunitas kawanan (herd immunity) sudah terbentuk. Imunitas yang harus dimiliki oleh sekitar 60 persen sampai 80 persen dari seluruh penduduk dunia agar penyakit ini tak lagi menyebar.

Jika melihat jumlah penduduk dunia sekarang ini yang berjumlah sekitar 7,5 miliar orang. Maka dibutuhkan sekitar 4,5 miliar sampai 6 miliar dosis vaksin agar bisa membentuk imunitas kawanan (herd immunity).

Penyediaan

Stephane Bancel CEO Moderna (salah satu perusahaan Amerika Serikat yang sedang mengembangkan vaksin Covid-19) dalam artikel di Weforum.org mengatakan jika Moderna telah berhasil membuat vaksin yang terbukti ampuh. Maka Moderna akan bekerja sama dengan banyak perusahaan dunia untuk dapat memproduksi sampai 1 miliar dosis per tahun.

Dalam artikel yang sama juga dikatakan bahwa baru 7 kandidat vaksin yang telah masuk ke tahap uji manusia, dari sekitar 123 kandidat yang sedang dikembangkan.

70 persen Vaksin Covid-19 dikembangkan swasta (weforum.org)

Mayoritas pengembangan vaksin Covid-19 dilakukan oleh perusahaan swasta yang tentunya akan mengharapkan keuntungan jika berhasil mengembangkan vaksin Covid-19.

Harga dan Sediaan

Pengembangan vaksin yang tentu akan memakan biaya yang tidak sedikit dan melihat kebutuhan yang berjumlah luar biasa banyak karena seluruh dunia akan membutuhkan vaksin ini.

Harga bisa jadi akan melambung tinggi, walau bisa saja perusahaan swasta ini memiliki jiwa sosial yang tinggi sehingga menjual vaksin dengan harga relatif rendah. Sebuah pertanyaan yang sulit untuk dijawab sekarang ini.

Tetapi yang lebih penting adalah melihat kapasitas produksi. Vaksin bukan seperti air kemasan yang tinggal disterilisasi serta dikemas untuk bisa dijual. Pabrik vaksin membutuhkan tingkat keamanan yang tinggi sehingga virus-virus yang dikembang biakkan tidak menyebar keluar.

Belum lagi pengembang biakan virus yang merupakan benda hidup kemungkinan tidak bisa dipercepat begitu saja. Ada  proses yang waktunya yang tidak bisa dipersingkat. Perusahaan sebesar Moderna saja hanya memperkirakan mampu memproduksi 1 miliar dosis per tahun itu pun harus bekerja sama dengan perusahaan lain.

Kalau sediaan vaksin Covid-19 terbatas maka negara pengembang pasti akan memprioritaskan kebutuhan masing-masing negara. Amerika Serikat memiliki penduduk sekitar 300 juta, China 1,5 miliar, Uni Eropa sekitar 600 juta. Beberapa negara pengembang vaksin ini akan membutuhkan vaksin untuk sekitar 2,4 miliar rakyatnya.

Kapan Indonesia bisa memperoleh vaksin?

Penting bagi Indonesia untuk bisa mandiri

Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro menyatakan, saat ini Lembaga Biomolekuler Eijkman tengah memulai upaya pembuatan vaksin Covid-19. Hal pertama yang dilakukan adalah dengan mengurutkan genom virus SARS Cov-2 (Whole genome Sequencing) yang telah dilakukan.

Universitas Airlangga juga sudah melakukan hal yang sama. Saya pikir akan lebih baik lagi jika dilakukan kolaborasi antar semua lembaga dan peneliti yang memiliki kemampuan untuk membuat vaksin. Sehingga diharapkan bisa mempercepat proses penelitian.

Penyiapan pabrik vaksin juga penting! Indonesia sudah memiliki Biofarma sebuah BUMN yang mampu memproduksi vaksin. Tetapi penyiapan kapasitas produksi juga sangat penting. Lepas berhasil tidaknya penelitian vaksin di Indonesia.

Indonesia harus bisa mandiri minimal dalam memproduksi vaksin untuk kebutuhan dalam negeri.

Alternatif lain

Penelitian penggunaan vaksin lain seperti BCG untuk melawan Covid-19 juga perlu dilakukan. Rendahnya tingkat kematian akibat Covid-19 di negara yang masif memvaksinasi rakyatnya dengan vaksin BCG untuk mencegah TBC, menyebabkan beberapa negara melakukan penelitian, apakah vaksin BCG bisa membantu melawan Covid-19?

Indonesia juga perlu melakukan penelitian yang sama. Agar segera bisa diketahui keampuhan vaksin ini untuk melawan Covid-19 di Indonesia, alternatif sebelum vaksin spesifik bisa ditemukan.

Salam

Hanya Sekadar Berbagi

Ronald Wan

Share jika Bermanfaat

Author: Ronald Wan

@Pseudonym | Love To Read | Try To Write | Observant | email : [email protected]