Penyebab gagalnya negosiasi perang dagang

Inikah Penyebab Gagalnya Negosiasi Perang Dagang?

Negosiasi perang dagang yang berlangsung di Amerika Serikat (AS) pada tanggal 10 Mei 2019 diharapkan bisa menghasilkan perjanjian yang bisa menyelesaikan perang dagang AS dan China. Tanggal 5 Mei 2019, Donald Trump tiba-tiba mencuit di Twitter bahwa AS akan meningkatkan tarif. Inikah penyebab gagalnya negosiasi perang dagang?

Pada tanggal 30 April 2019, negosiasi perang dagang sedang berlangsung di China. Wakil Premier China Liu He yang juga orang kepercayaan Xi Jinping dalam negosiasi ini. Mengajak Robert Lighthizer (Penasihat Perdagangan Gedung Putih) dan Steven Mnuchin (Menteri Keuangan AS) untuk berbicara secara pribadi tanpa didampingi delegasi negara masing-masing.

Mereka bertiga ditambah seorang penerjemah masuk ke dalam suatu ruangan kecil di tempat pertemuan dan berdiam di dalam selama satu jam. Setelah keluar, tidak ada yang memberikan komentar ataupun pengarahan kepada delegasi masing-masing. Menurut seorang sumber South China Morning Post (SMCP), muka mereka terlihat muram dan tegang.

Sampai sekarang masih belum jelas apa sebenarnya penyebab gagalnya negosiasi perang dagang. Pihak AS dan China memiliki masing-masing versi.

Versi Amerika Serikat

Menurut pihak AS, pemerintah China mencoba untuk menarik diri dari kesepakatan-kesepakatan yang sudah dibuat sebelumnya.

Dari kesepakatan yang sudah dibuat dan berjumlah 130 halaman, China membatalkan banyak kesepakatan. Sehingga pada saat dikembalikan ke AS, kesepakatan ini hanya tersisa 103 halaman menurut sumber di pemerintahan AS kepada SMCP.

Hal ini sesuai dengan beberapa berita yang muncul sebelum negosiasi di Washington berlangsung.

Pemerintah China sangat marah dengan tuduhan ini dan mengatakan bahwa “Tuduhan ini bohong dan membingungkan”. Namun sayangnya China tidak memberikan pernyataan resmi kepada publik.

Baca juga : Perang Dagang A la Donald Trump

Versi China

Dua sumber SMCP berkata berbeda dengan pernyataan AS. Mereka mengatakan bahwa pihak AS terus menerus menambahkan tuntutan baru dalam negosiasi yang berlangsung. Mereka juga mengatakan bahwa beberapa tuntutan ini bisa memengaruhi sistem politik dan sosial China.

Selain itu pemerintah China juga sangat marah dengan tarif tambahan dan melihat ini sebagai upaya untuk meng-kambing hitamkan China.

Salah seorang sumber mengatakan bahwa penyebab gagalnya negosiasi perang dagang adalah AS terus mengubah tuntutan mereka. “Begitu banyak perubahan tuntutan sehingga pada akhirnya kami (China) tidak bisa lagi mengalah” kata sumber ini.

Sebagai salah satu contoh adalah tuntutan untuk membuka total akses internet di China dan menghapus aturan yang mengharuskan perusahaan Cloud Computing  asing untuk mendirikan tempat penyimpanan dan pengolahan data di China.

Harus diingat bahwa secara politik China adalah negara komunis sehingga pemerintah China ingin mengendalikan informasi yang bisa diakses oleh warganya. Pembatasan akses internet dengan melarang Google atau Whatsapp misalnya. Lebih lengkap baca “Apakah kita bisa melawan kemajuan Teknologi?

Contoh tuntutan lain yang memberatkan negosiasi adalah jumlah barang AS yang harus diimpor China. AS menuntut agar China meningkatkan impor barang AS senilai USD 100 miliar per tahun. Suatu hal yang sulit untuk diwujudkan menurut sumber SMCP.

Terlebih lagi AS telah melarang ekspor barang berteknologi tinggi ke China, sehingga cara untuk meningkatkan impor adalah membeli lebih banyak produk pertanian dan LNG. Pertanyaannya sampai berapa banyak?

Tuntutan AS yang mungkin bisa dibilang penyebab utama mandegnya negosiasi adalah tuntutan untuk memantau kepatuhan China. Pemantauan yang bisa berakibat kembalinya tarif tinggi jika dianggap China tidak patuh terhadap perjanjian yang disepakati.

Sebuah tanda ketidakpercayaan AS terhadap China. Dan hal ini tidak dapat diterima oleh pemerintah China.

Sumber SMCP juga mengatakan bahwa AS harus sadar pemerintah China membutuhkan waktu untuk menerapkan perjanjian. Jadi kedua pihak harus mencoba menempatkan diri di pihak yang lain. Tanpa ini kesepakatan sulit untuk didapat.

Baca juga: Perang Dagang dimata Penduduk AS dan China

Apa yang Sebenarnya terjadi?

Sulit untuk ditebak, namun melihat rekam jejak Donald Trump dan pemerintah AS beberapa waktu ini. Bukan hal yang aneh jika AS menekan China habis-habisan dan mencoba untuk mendapatkan perjanjian yang lebih menguntungkan AS dan bukan solusi menang-menang.

Terlebih lagi Trump membutuhkan sebuah kemenangan dalam rangka menghadapi pilpres 2020. Setelah gagal mendirikan tembok perbatasan Meksiko dan gagal dalam mewujudkan perjanjian nuklir dengan Kim Jong Un (Korea Utara).

Sedangkan di sisi lain, China bukanlah negara kecil yang bisa dengan mudah menyerah terhadap tuntutan AS. Xi Jinping juga tidak harus melakukan kampanye untuk meraih hati rakyat, malah boleh dibilang Xi adalah presiden seumur hidup.

Tanpa ada semangat menang-menang dari dua pihak, perang dagang AS dan China bisa berlangsung lama.

Referensi: SMCP.com

Salam

Hanya Sekadar Berbagi

Ronald Wan

Share jika Bermanfaat

Author: Ronald Wan

@Pseudonym | Love To Read | Try To Write | Observant | email : [email protected]