warren buffett

Sikap yang Membedakan Pelaku dan Pemimpi Menurut Warren Buffett

Di dunia, banyak orang yang memiliki mimpi atau cita-cita yang tinggi. Namun tidak semua orang mampu mewujudkannya atau menjadi pelaku bukan lagi pemimpi. Apakah sikap yang membedakan pelaku dan pemimpi menurut Warren Buffett?

Tidak Mempertaruhkan Seluruh Dirimu untuk Sesuatu yang Tidak Dibutuhkan

Menjadi kaya mungkin menjadi cita-cita semua orang. Tetapi sering kali kita hanya melihat ke atas dan akhirnya tidak pernah merasa puas. Buffett said, “If you risk something that is important to you for something that is unimportant to you, it just doesn’t make sense. I don’t care if the odds you succeed are 99 to 1 or 1,000 to 1.”

Memiliki uang 100 juta, melihat tetangga sebelah membeli mobil seharga 500 juta, kita juga ingin hal yang sama. Akhirnya bisa jadi kita melakukan apa pun juga untuk dapat memuaskan keinginan kita. Tidak tertutup kemungkinan mempertaruhkan semua kekayaan kita dan masuk ke investasi bodong agar bisa berlipat ganda.

Pepatah harapkan burung terbang tinggi, punai di tangan dilepaskan. Kiranya tepat digunakan di sini. Akibat ingin jadinya serakah dan tidak berhitung dengan cermat dalam melakukan investasi.

Kalau memiliki uang 100 juta, Anda bisa hidup nyaman dan seluruh kebutuhan keluarga bisa dipenuhi. Apakah masih tidak cukup?

Berusaha harus tetap dilakukan tetapi jangan dibayangi dengan keserakahan yang bermotivasi hanya keinginan bukan kebutuhan.

Berinvestasi dalam Hubungan baik dengan Orang yang Jujur dan Beretika

Warren Buffett dalam sebuah kuliah di University of Florida mengatakan ketika Anda disuruh memilih seorang teman kuliah yang akan sukses di masa depan.

“You would probably pick the one you responded the best to, the one who has the leadership qualities, the one who is able to get other people to carry out their interests, That would be the person who is generous, honest, and who gave credit to other people for their own ideas.”

Mencari teman sejati memang tidak mudah. Namun jika sudah bertemu dengan seseorang yang mau tetap berteman dengan kita di saat kita sedang susah. Sebaiknya kita menjaga hubungan baik dengan teman tersebut.

Begitu juga dalam bekerja, mungkin tidak banyak orang yang tulus. Kolega yang kita anggap baik, ternyata bisa saja mengambil kredit atas prestasi kita. Demikian juga atasan, ada yang membuang kesalahan ke anak buah dan mengambil kredit atas prestasi yang dibuat tim.

Hal ini menjadi lebih penting ketika kita menjadi pengusaha. Anak buah yang bagus dan jujur sebaiknya diberikan atensi lebih. Berikan gaji yang cukup serta bonus ketika usaha kita mendapatkan keuntungan lebih.

Baca juga “ Mau Jadi Pengusaha, Buang Pola Pikir Pekerja

Ukurlah Kesuksesan dengan Cinta

Warren Buffett mengatakan bahwa kesuksesan yang paling tinggi adalah berapa banyak orang yang Anda harapkan menyayangi Anda, betul-betul tulus menyayangi Anda.

“The trouble with love is that you can’t buy it. You can buy sex. You can buy testimonial dinners. But the only way to get love is to be lovable. You’d like to think you could write a check: I’ll buy a million dollars’ worth of love. But it doesn’t work that way. The more you give love away, the more you get,” asserts Buffett.

Mungkin ini yang menyebabkan jiwa sosial Warren Buffett tergugah melihat ketimpangan di Amerika Serikat. Baca “ Kapitalisme dan Keadilan Sosial Menurut Warren Buffett

Jika Anda kaya dan membuat orang lain juga kaya maka Anda bisa bertambah kaya. Karena kekayaan orang lain bisa membuat orang itu membeli lebih banyak produk dan jasa yang Anda tawarkan. Selain itu berbagi ternyata memberikan kepuasan yang lebih dibandingkan dengan berbelanja.

Mungkinkah ini penyebab orang dermawan banyak yang sukses?

Referensi : Inc.com

Salam

Hanya Sekadar Berbagi

Share jika Bermanfaat

Author: Ronald Wan

@Pseudonym | Love To Read | Try To Write | Observant | email : [email protected]