Dolar AS

Apakah Dolar AS akan Menguat Walau The Fed Dovish?

Dolar Amerika Serikat (AS) menguat walaupun ada pengumuman cadangan devisa Indonesia meningkat ke USD 123,27 miliar. Menurut para analis penyebabnya adalah faktor eksternal. Namun saya mengamati ada yang aneh dengan kurs rupiah pada hari itu. Rupiah paling parah pelemahannya sekitar 1 persen lebih sedangkan mata uang lain hanya berkisar nol koma sekian persen, padahal ada berita baik. Balik ke judul, apakah Dolar AS akan menguat walau the Fed dovish?

Tantangan ekonomi Indonesia masih banyak di tahun 2019. Tantangan eksternal antara lain perang dagang dan harga minyak. Ditambah dengan tantangan dalam negeri yaitu defisit neraca perdagangan. Lebih lengkapnya baca “Apa Saja Tantangan Ekonomi 2019?

Melihat perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang lain termasuk rupiah. Sempat melemah sampai dengan hanya 13 ribuan rupiah per satu dolar AS. Kemudian berbalik arah menguat sampai hari ini (13 Maret 2019) menurut CNBC kurs dolar AS adalah 14.281 rupiah.

Apa penyebabnya?

Menurut Peter Ng, Senior FX Trader Silicon Valley Bank. Pelambatan ekonomi dunia menjadikan dolar AS kembali menjadi alat lindung nilai (safe haven). Karena belum ada pilihan lain yang lebih baik.

Pelambatan ekonomi dunia akibat perang dagang memang terjadi. Ekspor China turun sebesar 20,7 persen di bulan Februari 2019 dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan yang lebih parah dibandingkan perkiraan analis. Namun ada argumen yang mengatakan bahwa penurunan ini akibat Chinese New Year.

Namun perang dagang memang telah memakan korban. Baca “Siapakah Korban Perang Dagang AS vs China?

European Central Bank (ECB) juga memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Eropa. Dari 1,7 persen menjadi 1,1 persen. IMF juga menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia menjadi sekitar 3,5 persen dari sebelumnya 3,7 persen.

Tetapi di sisi lain pertumbuhan ekonomi AS cukup baik (2,6 persen di kuartal empat) walaupun tetap mengalami defisit perdagangan yang sangat besar. Inilah penyebab kurs dolar AS tetap menguat.

Selain itu banyak investor yang tergiur dengan tingkat imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS yang mencapai 2,47 persen untuk tenor dua tahun. Dibandingkan dengan obligasi Jerman yang minus 0,54 persen dan Jepang yang juga minus untuk tenor yang sama.

Brexit

Selain kekhawatiran tentang perang dagang yang menyebabkan perlambatan ekonomi. Brexit juga menjadi sumber kekhawatiran. Karena jika terjadi Brexit tanpa kesepakatan maka ekonomi Inggris terutama dan juga ekonomi Uni Eropa akan mengalami guncangan.

Voting Brexit kedua yang berlangsung kemarin gagal dimenangkan oleh Perdana Menteri Inggris Theresa May. Parlemen Inggris tetap menolak kesepakatan yang sudah dibuat oleh May dengan selisih suara 149 untuk kemenangan kubu penolak.

Sedangkan tenggat untuk Brexit adalah tanggal 29 Maret 2019. Hanya sekitar dua minggu lagi.

Dengan melihat data-data di atas. Kemungkinan dolar AS akan menguat walau The Fed dovish masih bisa terjadi. Namun Trump tidak suka dengan dolar AS yang terlampau kuat.

Referensi : CNBC.com

Salam

Hanya Sekadar Berbagi

Ronald Wan

Share jika Bermanfaat

Author: Ronald Wan

@Pseudonym | Love To Read | Try To Write | Observant | email : [email protected]