Menurunnya pertumbuhan ekonomi China adalah headline ekonomi minggu ini 21-27 Januari 2019. Berita ekonomi menarik lain dalam minggu ini adalah komentar Sri Mulyani terhadap himbauan IMF, menurunnya proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia, dan Soros mengkritisi China
Berikut adalah rangkuman berita-berita tersebut,
Pertumbuhan Ekonomi China Menurun
Senin 21 Januari 2019 pemerintah China mengumumkan pertumbuhan ekonomi 2018. Tercatat pertumbuhan ekonomi 2018 hanya sebesar 6,6 persen terendah sejak tahun 1990.
Tetapi di sisi lain pertumbuhan ekonomi ini sesuai dengan suvei kepada ekonom oleh Reuters.
Pertumbuhan ekonomi China kuartal empat 2018 adalah sebesar 6,4% juga sesuai dengan perkiraan ekonom yang disurvei Reuters.
Pertumbuhan ekonomi China tahun 2018 turun dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi 2017 yang mencapai 6,8%. Kepala biro statistik China Ning Jizhe mengatakan kepada wartawan bahwa turunnya pertumbuhan ekonomi ini salah satu sebabnya adalah perang dagang dengan AS.
Turunnya ekonomi dengan nilai terbesar kedua di dunia akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dunia termasuk Indonesia. Memang tidak mudah untuk menumbuhkan ekonomi negara yang bernilai besar.
IMF Menurunkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Dunia
Internasional Monetary Fund (IMF) menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia 2018 menjadi 3,5 persen dan 2019 menjadi 3,6 persen.
Penurunan sebanyak 0,2 persen dan 0,1 persen untuk tahun 2018 dan 2019 jika dibandingkan dengan proyeksi di bulan Oktober 2018. Serta merupakan penurunan proyeksi kedua dalam kurun waktu 3 bulan.
Penyebab utama adalah masih tingginya tensi perang dagang AS dan China walaupun sudah dimulai negosiasi antar kedua negara. Baca “Gosip Negosiasi Perang Dagang”
Penyebab kedua adalah belum adanya kepastian tentang keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit). Theresa May gagal memperoleh dukungan untuk pengesahan perjanjian tentang Brexit dengan Uni Eropa dalam pemungutan suara di Parlemen.
Christine Lagarde, Direktur IMF di World Economic Forum Davos mengatakan “Setelah dua tahun bertumbuh dengan kuat. Ekonomi dunia bertumbuh lebih lambat dari ekspektasi umum dan risiko meningkat. Walaupun ekonomi dunia tetap berjalan maju, namun menghadapi kenaikan risiko yang signifikan.
Sri Mulyani Mengomentari Imbauan IMF
IMF mengimbau agar negara-negara di dunia perlu memitigasi beban utang. Menanggapi hal ini Sri Mulyani, Menteri Keuangan RI mengatakan bahwa imbauan ini tidak berlaku untuk Indonesia.
Menurut Sri Mulyani imbauan ini hanya berlaku untuk negara dengan rasio utang berbanding PDB yang tinggi. Sekadar informasi PDB secara sederhana adalah nilai keseluruhan ekonomi sebuah negara.
Rasio utang berbanding PDB Indonesia saat ini adalah sekitar 30 persen. “Untuk standar Internasional itu rendah sekali” kata Sri Mulyani.
Ekonomi Indonesia masih terjaga dengan baik, tumbuh sekitar 5 persen dengan tingkat inflasi yang cukup rendah yaitu sekitar 3 persen.
Pemerintah sekarang ini semakin berhati-hati dalam pengendalian utang. Terbukti dengan defisit APBN 2018 yang hanya 1,72 persen dibanding PDB terkecil sejak tahun 2012 dan berada di bawah target defisit 2,19 persen. Keseimbangan primer yang tercatat surplus Rp 4,1 triliun, surplus pertama sejak tahun 2011.
Keseimbangan primer adalah hasil penerimaan negara dikurangi belanja, namun di luar pembayaran bunga utang. Surplus dapat diartikan negara tidak perlu menambah utang untuk membiayai belanjanya karena bisa ditutup dari penerimaan.
Dalam RAPBN 2019 target defisit anggaran negara hanya 1,84 persen dibanding PDB. Upaya pengendalian utang menurut pendapat saya.
Salam
Hanya Sekadar Berbagi