harga minyak 2019

“Shale Oil” Penahan Harga Minyak Tahun 2019?

Harga minyak yang melambung tinggi tahun 2008 yang sempat mencapai USD 150 per barel menyebabkan industri shale oil (minyak serpih) berkembang. Apakah shale oil juga akan menjadi penahan harga minyak tahun 2019?

Seperti yang sudah terjadi sebelumnya shale oil berhasil membunuh (baca menurunkan) harga minyak hingga ke level sekarang.

Baca “Shale Oil Sang Pembunuh Harga Minyak

Berkembangnya industri shale oil yang memiliki cadangan sekitar 2,8 sampai 3,3 triliun barel dan mayoritas ada di Amerika Serikat, menyebabkan OPEC membanjiri pasar minyak dunia. Dengan harapan harga minyak yang turun menyebabkan industri shale oil akan mati.

Tetapi yang terjadi adalah sebaliknya, industri shale oil berhasil melakukan terobosan dan menurunkan biaya produksi mereka. Biaya produksi shale oil sekarang ini sudah turun dari kisaran USD 95 pada tahun 2008 menjadi antara USD 30 – USD 50 pada tahun 2018.

Jadi dengan tingkat harga minyak WTI (West Texas Intermediate) yang berada di atas USD 50 para produsen shale oil sudah mendapatkan untung.

Kendala yang dihadapi pada tahun 2018 ini adalah terbatasnya kapasitas pipa yang digunakan untuk menyalurkan minyak dari Permian Texas AS. Kendala ini hanya membuat pertumbuhan produksi sedikit terganggu, tidak stagnan. Produsen menggunakan truk gandeng dan truk untuk bisa mengirimkan minyak.

Operator pipa juga tidak tinggal diam dan menggunakan bahan kimia yang bisa meningkatkan kapasitas pengiriman melalui pipa. Ditambah dengan percepatan pembangunan pipa yang baru sehingga diharapkan tahun 2019 tidak ada lagi kendala kekurangan pipa untuk mengirimkan minyak.

OPEC dan Rusia memang telah memutuskan untuk mengurangi produksi sebanyak 1,2 juta barel minyak per hari yang mungkin baru akan efektif Januari 2019. Namun di sisi lain pertumbuhan ekonomi global diperkirakan tetap akan melemah di tahun 2019 yang bisa menyebabkan turunnya permintaan.

Tahun 2019 menurut US Energy Information Administration (EIA) produksi minyak AS termasuk LNG akan bisa mencapai 17,4 juta barel per hari. Mengalahkan Arab Saudi yang bisa memproduksi sampai dengan 12,5 juta barel per hari.

EIA memperkirakan pada tahun 2019 harga minyak patokan dunia WTI akan berada pada rata-rata USD 54,19 sedangkan Brent rata-rata USD 61 per barel. Sebuah perkiraan yang lebih rendah dibandingkan dengan harga rata-rata tahun 2018.

Melihat perkiraan harga minyak tahun 2019 oleh EIA saya pikir shale oil berhasil menjadi penahan harga minyak. OPEC dan Rusia bukan lagi “the only big player in town”

Hal yang menguntungkan Indonesia sebagai negara net importir minyak bumi. Sehingga defisit transaksi berjalan tahun 2018 yang melebar dan menjadi salah satu penyebab melemahnya Rupiah akan bisa lebih dikendalikan.

Referensi : Marketwatch.com  ;  Bloomberg

Salam

Hanya Sekadar Berbagi

Diarysaham.com

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Share jika Bermanfaat

Author: Ronald Wan

@Pseudonym | Love To Read | Try To Write | Observant | email : [email protected]