Nomura: 7 Negara Berpotensi Alami Krisis Mata Uang

Nomura sebuah perusahaan investasi yang berpusat di Jepang, kemarin mengeluarkan sebuah laporan tentang risiko krisis  mata uang negara berkembang. Seperti kita tahu bahwa mata uang negara berkembang termasuk Indonesia sekarang ini sedang menghadapi tekanan.

Nomura menggunakan sebuah model peringatan dini yang dinamakan Damocles yang dirancang untuk bisa memprediksi risiko krisis nilai tukar mata uang pada 30 negara berkembang pada kisaran waktu 12 bulan ke depan. Untuk menilai risiko mata uang sebuah negara.

Damocles menggunakan berbagai macam data makro yang di dalamnya termasuk cadangan devisa, tingkat utang, suku bunga acuan dan impor.

Damocles menilai semua faktor dan mengeluarkan angka bagi negara yang termasuk dalam daftar tersebut. Angka yang dimulai dari nol sampai dengan dua ratus. Jika angka sebuah negara lebih dari 100 maka diperkirakan dalam waktu 12 bulan akan berisiko mengalami krisis nilai tukar. Sedangkan jika lebih dari 150 maka sewaktu-waktu negara tersebut berisiko mengalami krisis nilai tukar.

Tujuh negara memperoleh nilai lebih dari 100 yaitu Sri Lanka, Afrika Selatan, Argentina, Pakistan, Mesir, Turki dan Ukraina. Sri Lanka memperoleh nilai tertinggi 175 sehingga dianggap paling berisiko menghadapi krisis nilai tukar.

Diikuti dengan Afrika Selatan 143 dan Argentina 140. Lima negara dari tujuh negara paling berisiko sudah mengalami krisis dan hanya Pakistan serta Afrika Selatan yang masih bertahan.

Democles sendiri berhasil memperkirakan dua pertiga dari 54 krisis nilai tukar mata uang negara berkembang sejak tahun 1996, sampai dua belas bulan sebelum terjadi, klaim analis Nomura.

krisis mata uang
Financial Times

Bagaimana dengan Indonesia?

Seperti dilihat dari gambar di atas Indonesia, Brazil, Bulgaria, Kazakhstan, Peru, Filipina, Rusia dan Thailand memperoleh nilai nol. Sehingga bisa dianggap memiliki risiko kecil akan mengalami krisis nilai tukar mata uang dalam 12 bulan ke depan.

Tidak ada alat prediksi yang bisa akurat 100%, sehingga kewaspadaan tetap harus dijaga. Namun seperti  yang dikatakan analis Nomura dalam catatannya bahwa ini adalah laporan yang penting. Sekarang ini investor fokus pada risiko ekonomi negara berkembang, namun jangan sampai memiliki anggapan bahwa semua negara berkembang sama saja (memiliki risiko yang sama).

Sehingga waspada sangat perlu tetapi jangan panik!

Referensi: Financial Times  ; Bloomberg

Salam

Hanya Sekadar Berbagi

Diarysaham.com

Share jika Bermanfaat

Author: Ronald Wan

@Pseudonym | Love To Read | Try To Write | Observant | email : [email protected]