Diarysaham.com

IHSG 5 April 2018, Mungkinkah China Menggunakan Senjata Pamungkas Dalam Perang Dagang?

IHSG 5 April 2018, Mungkinkah China Menggunakan Senjata Pamungkas Dalam Perang Dagang?

IHSG ditutup naik sebesar 0,42% ke level 6.183, total transaksi sekitar 5,2 triliun Rupiah dengan volume sekitar 81,3 juta lot saham yang ditransaksikan.

Asing mencatatkan net sell sekitar Rp.430 milyar

Rangking saham dengan peningkatan tertinggi (value):

  1. GGRM naik sebesar Rp. 1.150 ke Rp 73.150
  2. ITMG naik sebesar Rp. 1.100 ke Rp. 27.400
  3. INTP naik sebesar Rp 550 ke Rp. 17.150

Rangking saham dengan peningkatan tertinggi (persentase):

  1. ABBA naik 33,33% ke Rp.146
  2. IBFN naik 28,26% ke Rp. 610
  3. TAXI naik 18,35% ke Rp. 187

Rangking saham dengan penurunan tertinggi (value)

  1. BBCA turun sebesar Rp. 250 ke Rp. 23.050
  2. CSIS turun sebesar Rp. 185 ke Rp. 780
  3. ISAT turun sebesar Rp. 130 ke Rp 4.740

Rangking saham penurunan tertinggi (persentase):

  1. HELI turun 21,31% ke Rp 480
  2. CSIS turun 19,17% ke Rp 780
  3. JKSW turun 12,37% ke Rp 85

MYRX mencatatkan volume transaksi tertinggi hari ini dengan 5,6 juta lot saham yang diperdagangkan. TAXI ada di posisi kedua dengan 3,9 juta lot saham diperdagangkan. Sedangkan posisi ketiga ditempati oleh RIMO dengan 3,4 juta lot saham diperdagangkan.

Nilai tertinggi perdagangan saham hari ini adalah TLKM yaitu sekitar Rp. 377,6 milyar nilai saham yang diperdagangkan. BBRI mencatatkan nilai kedua tertinggi yaitu sekitar Rp. 281,1 milyar dan BMRI menduduki posisi ketiga dengan nilai Rp.207,9 milyar.

Frekuensi perdagangan tertinggi hari ini berurutan, DGIK (15.182 kali), TAXI (13.992 kali) dan WAPO (12.192 kali)

Rupiah melemah dan berakhir di posisi Rp. 13.765 dibandingkan dengan USD.

Indeks saham Nikkei Jepang naik sebesar 1,53 % ke posisi 21.645

Indeks saham Hang seng Hong Kong tutup

Saham yang bisa diperhatikan esok hari antara lain, DOID, WSBP

 

Mungkinkah China Menggunakan Senjata Pamungkas dalam Perang Dagang?

Amerika Serikat adalah salah satu negara yang memiliki utang yang sangat besar. Kebanyakan dari utang itu adalah surat utang yang berdenominasi USD. Pada saat the Fed masih melakukan quantitative easing, mereka banyak membeli surat utang ini untuk memompa likuiditas ke pasar.

China dengan begitu besarnya surplus yang didapat dari AS. Membutuhkan tempat untuk memarkir uangnya. Untuk itulah mereka banyak membeli surat utang AS. Saat ini China merupakan negara pemegang surat utang AS terbesar.

Dengan jumlah sekitar USD 1,17 triliun.

Inilah sebenarnya senjata pamungkas yang dimiliki oleh China dalam menghadapi perang dagang.

Menurut beberapa analis yang diwawancari oleh Reuters. Jeffrey Gundlach yang dikenal sebagai Wall Street’s Bond King mengatakan, China bisa menggunakan kepemilikan sebagai penekan dalam negosiasi. “Posisi ini lebih efektif sebagai ancaman dan akan hilang daya tekannya jika dijual”

Tetapi di sisi lain jika China menjual semua surat utangnya, pasti akan berpengaruh kepada pasar modal di AS.

Saat ini kemungkinan kecil China akan menggunakan senjata pamungkas ini. Karena jika dilakukan dan dialihkan ke mata uang lain seperti Yen atau Euro, maka kemungkinan besar Yuan akan menguat. Hal yang dihindari China jika ingin mempertahankan ekspornya.

Namun sebuah kabar di bulan Januari yang mengatakan China mengurangi pembelian surat utang AS telah mampu membuat yield surat utang meningkat.

Reuters

Petani yang Takut dan Peringatan dari Kamar Dagang

Setelah China mengumumkan rencananya untuk mengenakan tarif ke produk impor dari AS senilai USD 50 milyar. Dimana salah satu produk itu adalah kacang kedelai.

Telah membuat petani di AS mulai ketakutan. Nilai ekspor kacang kedelai ke China diperkirakan mencapai USD 14 milyar.

Petani kacang kedelai kebanyakan tinggal di daerah kemenangan Trump pada pemilihan presiden yang lalu.

CNBC

Di sisi lain KADIN AS memperingatkan pemerintahnya. Bahwa pengenaan tarif terhadap China bisa membahayakan sekitar 2,5 juta pekerjaan.

Perdagangan AS dan China membawa uang masuk ke AS dengan nilai sekitar USD 600 milyar. Di samping adanya investasi senilai USD 500 milyar untuk kedua negara.

CNBC

Salam

Hanya Sekadar Berbagi

Diarysaham.com

Share jika Bermanfaat

Author: Ronald Wan

@Pseudonym | Love To Read | Try To Write | Observant | email : [email protected]